TEORI ORGANISASI UMUM
Tugas 2
DISUSUN OLEH :
NAMA :
FARHAN JULIYANTO
KELAS : 2 KA 32
NPM :
13114956
DOSEN : MARTANI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
FAKULTAS
ILMU KOMPUTER & TEKNOLOGI INFORMASI
PTA
2014-2015
BEKASI
DAFTAR ISI
1. KOMUNIKASI
3
A.
PENGERTIAN
DAN ARTI PENTING KOMUNIKASI
3
B.
JENIS DAN
PROSES KOMUNIKASI
3
C.
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
5
2. KEPEMIMPINAN
8
A.
TEORI DAN
ARTI KEPEMIMPINAN
8
B.
TIPOLOGI
KEPEMIMPINAN
10
C.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
11
DAFTAR PUSTAKA
13
1.
KOMUNIKASI
A. PENGERTIAN DAN ARTI PENTING KOMUNIKASI
Kata atau istilah komunikasi (dari
bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya
adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata
communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik
bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan
makna.
Komunikasi adalah suatu proses
penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi
saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan
dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat
dipahami oleh pihak lain.
Komunikasi bukan cuma terkait dengan bagaimana
cara menggunakan bahasa tapi sangat terkait juga dalam menyampaikan pesan dalam
bentuk yang lainnya seperti tatapan mata, gesture tubuh, serta mungkin
intonasi. Komunikasi itu penting, semua orang tahu, karena ini merupakan basic
instinct dari setiap makhluk hidup. Setiap makhluk punya cara komunikasi
masing-masing, setiap manusia pun tak lepas dari cara dia melakukan komunikasi.
Kita tak bisa membeda-bedakan bahasa, suku, adat, kebiasaan, tradisi maupun
agama karena pada dasarnya berkomunikasi, menyampaikan pesan itu asal dilakukan
dengan baik dan benar, serta dalam keadaan saling terbuka, fikiran jernih tanpa
sentimen dan perasaan negatif, pasti maksud yang ingin disampaikan dapat
diterima.
B. JENIS DAN PROSES KOMUNIKASI
Jenis-jenis Komunikasi, yaitu :
1. Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)
adalahkomunikasi dengan diri sendiri, baik kita sadari atau tidak.
Misalnyaberpikir.
2. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)
adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yangmemungkinkan respon
verbal maupun nonverbal berlangsung secara langsung. Bentuk khusus komunikasi
antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang hanya
melibatkan dua individu,misalnya suami- istri, dua sejawat, guru-murid.
Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak- pihak yang berkomunikasi berada dalam
jarakyang dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerimapesan
secara langsung dan simultan.
3. Komunikasi Kelompok (Kecil)
Komunikasi kelompok merujuk pada komunikasi yang
dilakukan sekelompok kecil orang (small-group communication). Kelompok sendiri
merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi
satu sama lain untuk mencapai tujuanbersama, saling mengenal satu sama lain,
dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Komunikasi
antarpribadi berlaku dalam komunikasi kelompok.
4. Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang
pembicara dengan sejumlah orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu
persatu. Komunikasi publik meliputi ceramah, pidato, kuliah, tabligh akbar, dan
lain-lain. Ciri-ciri komunikasi publik adalah: berlangsung lebih
formal;menuntut persiapan pesan yang cermat, menuntut kemampuanmenghadapi sejumlah
besar orang; komunikasi cenderung pasif; terjadi di tempat umum yang dihadiri
sejumlah orang; merupakan peristiwayang direncanakan; dan ada orang-orang yang
ditunjuk secara khususmelakukan fungsi-fungsi tertentu.
5. Komunikasi Organisasi :
Komunikasi organisasi (organizational communication)
terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung
dalam jaringan yang lebih besar dari komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi
juga melibatkan komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, dan komunikasi
publik tergantung kebutuhan.
6. Komunikasi Massa :
Komunikasi massa (mass communication) adalah
komunikasi yangmenggunakan media massa cetak maupun elektronik yang dikelola
sebuah lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah
besar orang yang tersebar, anonim, dan heterogen. Pesan- pesannya bersifat
umum, disampaikan secara serentak, cepat dan selintas.
Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana
komunikator menyampaikanpesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan
suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proseskomunikasi
ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan
komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan. Proses
komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusiadan ada penyampaian
pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.
Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut :
1.
Penginterpretasian.
2.
Penyandian.
3.
Pengiriman.
4.
Perjalanan.
5.
Penerimaan.
6.
Penyandian balik.
7.
Penginterpretasian.
C. KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Sebagai makluk sosial komunikasi
merupakan hal yang paling dekat dengan kita. Apa sebenarnya komunikasi itu?
Komunikasi dapat kita artikan sebagai berbagi pikiran, informasi dan intelijen.
Segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan
menyampaikan pesannya pada orang lain merupakan tujuan komunikasi. Lalu jika
pesan yang kita maksudkan tersebut tidak sesuai dengan penangkapan lawan bicara
kita, terjadilah mis-komunikasi.
Sebuah komunikasi yang efektif
membutuhkan kejernihan pesan, kelengkapan pesan, ekspresi wajah, kontak mata,
postur tubuh, dan penampilan fisik secara eksternal. Di era modern ini mungkin
nampak 'tolol' melihat seseorang berusaha menciptakan kesadaran komunikasi.
Banyak di antara kita memberi sedikit perhatian pada hal ini tetapi kenyataanya
komunikasi ini terus berlangsung, tak peduli siapa Anda, jika Anda tidak bisa
berkomunikasi dengan semestinya maka tak seorangpun akan mendengarkan Anda.
Jadi komunikasi merupakan sebuah asset penting sebagai tambahan untuk
kepribadian Anda.
Bagiamana membangun sebuah komunikasi
efektif tersebut, berikut beberapa hal yang sebaiknya jadi pertimbangan untuk
dikembangkan :
1. Kontak Mata
Hal pertama yang dilakukan seorang
pembicara yang baik adalah menatap lawan bicara dan mengambil jeda untuk
memulai sebuah pembicaraan. Ini merupakan salah satu cara yang membantu untuk
menciptakan kesan baik pada lawan bicara. Usahakan mempertahankan kontak mata
sepanjang pembicaraan, agar lawan bicara Anda tak merasa diabaikan.
2. Ekspresi Wajah
Wajah merupakan cermin kepribadian
individual. Ekspresi wajah mengungkapkan pikiran yang sedang melintas pada diri
seseorang. Sebagi contoh: sebuah senyum mengungkap keramah-tamahan dan
kasih-sayang;Mengangkat alis mata menunjukan ekpresi heran; Mengernyitkan dahi
menyampaikan ketakutan dan kegelisahan. Semua emosi dan berbagai macam tingkah
manusia diekspresikan dalam emosi yang berbeda yang tergambar di wajah. Jadi
saat melakukan komunikasi tunjukan ekspresi bahwa Anda tertarik dengan bahan
pembicaraan.
3. Postur Tubuh
Setiap gerak-gerik tubuh saat berbicara
mesti dikoordinasikan dengan kekuatan meyakinkan dari Anda. Mereka bisa jadi
semacam tambahan untuk cara efektif yang dapat ditangkap secara visual daripada
secara verbal.
Sebagai contoh : menundukan kepala menunjukkan
penyelesaian pernyataan, mengangkat kepala menunjukkan akhir pertanyaan ,
Terlalu sering menggerakan bagian tubuh mengungkapkan sedang bergegas atau
kebingungan. Untuk itu perhatikan gerak-gerik Anda saat melakukan komunikasi
dengan lawan bicara.
4. Selera Berbusana
Busana memiliki tugas penting dalam
menimbulkan kesan. Orang yang berbusana sesuai dengan struktur tubuh mereka
nampak lebih menarik. Penampilan fisik seseorang dan busana yang dikenakan
membuat dampak pasti pada proses komunikasi. Kita semua berbusana dan mungkin
banyak diantara kita tak terlalu memperhatikan, namun hal kecil ini memiliki
peran untuk sebuah efektif. Jika kita memperhatikan bagaimana cara berbusana,
hal itu akan memperbaiki kemampun komunikasi kita.
Tips membangun
komunikasi yang efektif :
Komunikasi efektif sangat layak Anda
perhitungkan dalam membangun karir Anda. Dengan komunikasi yang baik tentunya
akan mendukung segala aktivitas kerja yang kita lakukan. Apalagi bila
pekerjaan kita melibatkan berbagai bentuk presentasi, rapat-rapat, lobi-lobi,
penyuluhan dan lain-lainnya. Bidang pekerjaan komunikasi seperti presenter dan
sejenisnya sangat ditentukan oleh bagaimana cara kita berkomunikasi dalam
menyampaikan sesuatu.
Banyak faktor yang dapat membuat apa
yang akan kita sampaikan menjadi lebih berkualitas. Seperti kesiapan mental,
penguasaan bahan, kelengkapan sarana pendukung serta hal-hal lainnya.
Adakalanya Anda merasa ‘nervous’ hingga untuk mengungkapkan sesuatu Anda malah
kehilangan percaya diri bahkan pembicaraan jadi berputar-putar. Berikut tips
dasar dalam berkomunikasi :
1. Gunakan kalimat
seefektif mungkin
Uraikan isi pembicaraan dengan kalimat
efektif dan langsung mengena pada sasaran. Hindari mengungkapkan informasi
detail yang kurang relevan, seperti, “Tadi sebelum menuju tempat ini saya
bertemu famili saya di suatu tempat….”. Biasanya lawan bicara Anda tidak akan
peduli dengan informasi yang tidak berhubungan dengan topik pembicaraan.
Hindari penggunaan idiom bahasa yang kurang/tidak dimengerti calon pendengar
Anda.
2. Jangan mengungkapkan
pengulangan ide/pokok bahasan
Jika Anda ingin mengungkapkan ide, entah
pada bos atau dalam suatu rapat, ketahui lebih dulu apakah ide tersebut sudah
pernah diungkapkan oleh yang lain. Jika sudah, lebih baik Anda tidak usah
mengungkapkannya. Karena umumnya orang tidak akan tertarik mendengarkan
pengulangan sebuah ide. Dalam presentasi suatu analisa, usahakan tidak terjadi
pengulangan kalimat-kalimat yang merupakan teori ataupun kesimpulan. Aturlah
urutan penyampaian agar lebih fokus saat menyampaikannya.
3. Jangan berbicara
terlalu lambat
Tutur kata yang terlalu pelan dan lamban
hanya akan membuat lawan bicara Anda bosan dan tidak sabar. Lagi pula gaya
bicara Anda yang terlalu pelan akan mengesankan Anda ragu-ragu dan tidak
percaya diri. Karena itu bicaralah dengan nada yang optimis dan penuh percaya
diri.
Namun yang patut kita ingat, bukan
berarti Anda harus berbicara secara cepat tanpa ritme. Anda harus pAndai
menentukan ritme bicara, dimana harus berbicara dan dimana harus berhenti.
Ritme yang tepat dalam berkomunikasi tentunya didapat setelah Anda sering
melakukan latihan/pengalaman orasi yang cukup.
4. Hindari gumaman yang
terlalu sering
Gumaman yang terlalu sering hanya akan mengganggu
pembicaraan Anda. Lagipula lawan bicara Anda akan merasa lelah menunggu kapan
pembicaraan Anda selesai. Sebisa mungkin minimalkan atau hilangkan gumaman
seperti “ ehmmm…., eeee…., oooo…..", dsb. Hal ini juga akan mengurangi
respek calon pendengar Anda, karena Anda dinilai tidak menguasai materi
pembicaraan.
5. Hindari humor yang
tidak perlu
Melontarkan humor memang sah-sah saja
untuk menyegarkan suasana. Namun, Anda harus tanggap membaca suasana setelah
Anda mengungkapkan humor. Apakah lawan bicara Anda benar-benar terpancing
tertawa atau tertawa dengan terpaksa. Atau bahkan menunjukkan wajah yang
terganggu dengan humor Anda. Jika lawan bicara Anda tidak tertarik dengan humor
Anda, teruskan pembiraan kembali. Jangan memaksa lawan bicara untuk mentertawakan
humor Anda yang telah gagal.
Dengan mempelajari dan melakukan tips
diatas, Anda dapat bermokunikasi secara lebih efektif sekaligus melatih diri
Anda menjadi pribadi yang efektif. Ingat keefektifan diperlukan dalam
menyelesaikan setiap pekerjaan.
2. KEPEMIMPINAN
A. TEORI DAN ARTI PENTING KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi
atau memberi contoh oleh pemimpin kepadapengikutnya dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah “melakukanya dalam
kerja” dengan praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin,
atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari
peranya memberikan pengajaran/instruksi.
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN :
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha
untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan
dengan mengemukakan beberapa segi antara lain : Latar belakang sejarah pemimpin
dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin
dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa. Sebab-sebab munculnya
pemimpin Ada beberapa sebab seseorang menjadi pemimpin, antara lain :
a) Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin. Seseorang menjadi
pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan
sendiri.
b) Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan
kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan
tuntutan lingkungan.
Untuk mengenai persyaratan kepemimpinan selalu
dikaitkan dengan kekuasaan, kewibawaan, lingkungan dan kemampuan.
Teori-Teori dalam Kepemimpinan :
a. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau
ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul
anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan
oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah
kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri
ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76)
adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas,
obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
– sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri
relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif,
kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; – kemampuan untuk
bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang
urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara
efektif. Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain :
terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang
dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori
yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang
terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin;
justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
b. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan
merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu
kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi
perilaku:
– Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
– Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
– Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
– Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
c. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori
situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang
disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional
yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional
yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian
(1994:129) adalah :
- Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
- Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
- Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
- Norma yang
dianut kelompok
- Rentang kendali
- Ancaman dari luar organisasi
- Tingkat stress
- Iklim yang terdapat dalam organisasi
B. TIPOLOGI KEPEMIMPINAN
Tipologi kepemimpinan disusun dengan
titik tolak interaksi personal yang ada dalam kelompok . Tipe-tipe pemimpin
dalam tipologi ini dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe berdasarkan
jenis-jenisnya antara lain:
1. Tipe Otokratis.
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang
memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai
pemilik pribadi, Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi,
Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata, Tidak mau menerima kritik, saran
dan pendapat, Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya, Dalam tindakan
pengge-rakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan
dan bersifat menghukum.
2. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud
dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin
organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang
pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem
perintah yang lebih sering dipergunakan, Dalam menggerakkan bawahan senang
bergantung kepada pangkat dan jabatannya, Senang pada formalitas yang
berlebih-lebihan, Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, Sukar
menerima kritikan dari bawahannya, Menggemari upacara-upacara untuk berbagai
keadaan.
3. Tipe Paternalistis.
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang
paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap
bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi
(overly protective), jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil keputusan, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.
4. Tipe Karismatik.
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan
sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui
bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya
pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para
pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi
pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab
seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa
pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers).
Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria
untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah
seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki
karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden
Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang
yang ‘ganteng”.
5. Tipe Demokratis.
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan
bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi
modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik
sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari
pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia, selalu
berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan
kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya, senang menerima saran,
pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya, selalu berusaha mengutamakan
kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan, ikhlas memberikan kebebasan
yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian
diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi
lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain, selalu berusaha untuk
menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya, dan berusaha mengembangkan
kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN
Pemimpin memiliki tugas menyelami kebutuhan-kebutuhan
kelompok dan keinginan kelompok.
Dari keinginan itu dapat dipetik keinginan realistis yang dapat dicapai. Selanjutnya, pemimpin harus meyakinkan kelompok mengenai apa yang menjadi keinginan realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan. Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain. Untuk keberhasilan dalam pencapaian sutu tujuan diperlukan seorang pemimpin yang profesional, dimana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Disamping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Dari keinginan itu dapat dipetik keinginan realistis yang dapat dicapai. Selanjutnya, pemimpin harus meyakinkan kelompok mengenai apa yang menjadi keinginan realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan. Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain. Untuk keberhasilan dalam pencapaian sutu tujuan diperlukan seorang pemimpin yang profesional, dimana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Disamping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Menurut Hadari (2003;70) menjelaskan bahwa unsur-unsur
dalam kepemimpinan adalah
1.
Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut
pemimpin (leader).
2.
Adanya orang lain yang dipimpin
3.
Adanya kegiatan yang menggerakkan orang lain yang
dilakukan dengan mempengaruhi dan pengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah
lakunya
4.
Adanya tujuan yang hendak dicapai dan berlangsung
dalam suatu proses di dalam organisasi, baik organisasi besar maupun kecil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan Davis
menyimpulkan ada empat faktor yang mempengaruhi kepemimpinan dalam organisasi,
yaitu :
• Kecerdasan : seorang pemimpin harus mempunyai
kecerdasan yang melebihi para anggotanya
• Kematangan dan keluasan sosial(Social manutary and
breadth) : seorang pemimpin biasanya memiliki emosi yang stabil, matang,
memiliki aktivitas dan pandangan yang ckup matang
• Motivasi dalam dan dorongan prestasi(Inner motivation
and achievement drives) : dalam diri seorang pemimpin harus mempunyai motivasi
dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan
• Hubungan manusiawi : pemimpin harus bisa mengenali
dan menghargai para anggotanya Menurut Greece, di dalam suatu organisasi, hubungan
antara bawahan dengan pimpinan bersifat saling mempengaruhi.
DAFTAR PUSTAKA :